MAKALAH
EKOLOGI HUTAN
HUTAN
HUJAN TROPIS
Disusun Oleh :
AHMAD JAILANI
FAKULTAS PERTANIAN
KEHUTANAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
Bab I
Pendahuluan
Hutan adalah sebuah kawasan yang
ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun
1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas
di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon
dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta
pelestari tanah,
dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Pada
dasarnya hutan di bagi dua, hutan primer dan hutan sekunder. Hutan perawan
(primer) merupakan hutan yang masih asli dan belum pernah dibuka oleh manusia.
Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah ditebang
atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan sekunder sering
terlihat lebih pendek dan kecil. Namun jika dibiarkan tanpa gangguan untuk
waktu yang panjang, kita akan sulit membedakan hutan sekunder dari hutan
primer. Di bawah kondisi yang sesuai, hutan sekunder akan dapat pulih menjadi
hutan primer setelah berusia ratusan tahun.
Suatu
kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi
lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika
kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap, yang
berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan.
Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya),
serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak
terpisahkan dari hutan.
Hutan
sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu,
tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh
masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi
ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air,
penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang
lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia
air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal
ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman.
Bayangkan
mengiris sebuah hutan secara melintang. Hutan seakan-akan terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian di atas tanah, bagian di permukaan tanah, dan bagian di
bawah tanah.Jika kita menelusuri bagian di atas tanah hutan, maka akan terlihat
tajuk (mahkota) pepohonan, batang kekayuan, dan tumbuhan bawah seperti perdu dan semak
belukar. Di hutan alam, tajuk pepohonan biasanya tampak berlapis karena ada
berbagai jenis pohon yang mulai tumbuh pada saat yang berlainan.
Di bagian
permukaan tanah, tampaklah berbagai macam semak belukar, rerumputan, dan
serasah. Serasah disebut pula 'lantai hutan', meskipun lebih mirip dengan
permadani. Serasah adalah guguran segala batang, cabang, daun, ranting, bunga,
dan buah. Serasah memiliki peran penting karena merupakan sumber humus, yaitu
lapisan tanah teratas yang subur. Serasah juga menjadi rumah dari serangga dan
berbagai mikro organisme lain. Uniknya, para penghuni justru
memakan serasah, rumah mereka itu; menghan Semua tumbuhan dan satwa di dunia,
begitupun manusia, harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka
berada. Jika suatu jenis tumbuhan atau satwa mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan fisik di daerah tertentu, maka mereka akan dapat berkembang di
daerah tersebut. Jika tidak, mereka justru tersingkir dari tempat ini.
Tumbuhan dan
satwa yang berbagi tempat hidup yang sama justru lebih banyak saling
memengaruhi di antara mereka. Agar mampu bertahan hidup di lingkungan tertentu,
berbagai tumbuhan dan hewan memang harus memilih antara bersaing dan bersekutu.
Burung kuntul, misalnya, menghinggapi punggung banteng liar untuk mendapatkan
kutu sebagai makanannya. Sebaliknya, banteng liar terbantu karena badannya
terbebas dari sumber penyakit.
Jadi, hutan
merupakan bentuk kehidupan yang berkembang dengan sangat khas, rumit, dan
dinamik. Pada akhirnya, cara semua penyusun hutan saling menyesuaikan diri akan
menghasilkan suatu bentuk klimaks, yaitu suatu bentuk masyarakat tumbuhan dan
satwa yang paling cocok dengan keadaan lingkungan yang tersedia. Akibatnya,
kita melihat hutan dalam beragam wujud klimaks, misalnya: hutan
sabana, hutan meranggas, hutan hujan tropis, dan lain-lain.
Bab II
Pembahasan
2.1 Isi
Hutan hujan tropika atau sering juga
ditulis sebagai hutan hujan tropis
adalah bioma
berupa hutan yang
selalu basah atau lembap, yang dapat ditemui di wilayah sekitar khatulistiwa;
yakni kurang lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan ke selatan garis khatulistiwa. Dalam peristilahan bahasa
Inggris, formasi hutan ini dikenal
sebagai lowland equatorial evergreen rainforest, tropical lowland
evergreen rainforest, atau secara ringkas disebut tropical rainforest.
Hutan hujan
tropis merupakan rumah untuk setengah spesies flora dan fauna di seluruh dunia.
Hutan hujan tropis juga dijuluki sebagai "farmasi terbesar dunia"
karena hampir 1/4 obat modern berasal dari tumbuhan di hutan hujan ini.
Hutan
alam tropis yang masih utuh mempunyai jumlah spesies tumbuhan yang sangat
banyak. Hutan di Kalimantan mempunyai lebih dari 40.000 spesies tumbuhan, dan
merupakan hutan yang paling kaya spesiesnya di dunia. Di antara 40.000 spesies
tumbuhan tersebut, terdapat lebih dari 4.000 spesies tumbuhan yang termasuk
golongan pepohonan besar dan penting. Di dalam setiap hektar hutan tropis
seperti tersebut mengandung sedikitnya 320 pohon yang berukuran garis tengah
lebih dari 10 cm. Di samping itu, di hutan hujan tropis Indonesia telah banyak
dikenali ratusan spesies rotan, spesies pohon tengkawang, spesies anggrek
hutan, dan beberapa spesies umbi-umbian sebagai sumber makanan dan obat-obatan.
Tajuk
pohon hutan hujan tropis sangat rapat, ditambah lagi adanya tumbuh-tumbuhan
yang memanjat, menggantung, dan menempel pada dahan-dahan pohon, misalnya
rotan, anggrek, dan paku-pakuan. Hal ini menyebabkan sinar matahari tidak dapat
menembus tajuk hutan hingga ke lantai hutan, sehingga tidak memungkinkan bagi
semak untuk berkembang di bawah naungan tajuk pohon kecuali spesies tumbuhan
yang telah beradaptasi dengan baik untuk tumbuh di bawah naungan.
Ciri khas kondisi hutan hujan tropis di Indonesia
Sebagian
besar hutan alam di Indonesia termasuk dalam hutan hujan tropis. Hutan hujan
tropis mempunyai ciri khas yang berbeda dengan hutan-hutan lainnya. Indonesia
adalah negara kepulauan yang mempunyai 17.500 lebih pulau yang tersebar dari
Sabang sampai Merauke. Beragamnya tempat tumbuh dari hutan-hutan di Indonesia
membuat Hutan tropis Indonesia mempunyai ciri khas yang khusus dibandingkan
hutan di belahan bumi lainnya.
Keterkaitan
antara komponen penyusun ini memungkinkan bentuk struktur hutan tertentu yang
dapat memberikan fungsi tertentu pula seperti stabilitas ekonomi, produktivitas
biologis yang tinggi, siklus hidrologis yang memadai dan lain-lain. Secara
nyata di lapangan, tipe hutan ini memiliki kesuburan tanah yang sangat rendah,
tanah tersusun oleh partikel lempung yang bermuatan negatif rendah seperti
kaolinite dan illite.
Kondisi tanah
asam ini memungkinkan besi dan almunium menjadi aktif di samping kadar
silikanya memang cukup tinggi, sehingga melengkapi keunikan hutan ini. Namun
dengan pengembangan struktur yang mantap terbentuklah salah satu fungsi yang
menjadi andalan utamanya yaitu ”siklus hara tertutup” (closed nutrient cycling)
dan keterkaitan komponen tersebut, sehingga mampu mengatasi berbagai
kendala/keunikan tipe hutan ini (Withmore, 1975).
Kondisi tanah
hutan ini juga menunjukkan keunikan dan ciri khas tersendiri. Aktivitas
biologis tanah lebih bertumpu pada lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas
biologis tersebut sekitar 80% terdapat pada top soil saja. Kenyataan-kenyataan
tersebut menunjukkan bahwa hutan hujan tropis merupakan ekosistem yang rapuh
(fragile ecosystem), karena setiap komponen tidak bisa berdiri sendiri.
Karakteristik ekologis Hutan hujan
Tropis
Hutan hujan tropika terbentuk di
wilayah-wilayah beriklim tropis, dengan
curah hujan tahunan minimum berkisar antara 1.750 millimetre (69 in)
dan 2.000 millimetre (79 in). Sedangkan rata-rata temperatur bulanan
berada di atas 18 °C (64 °F) di sepanjang tahun.Hutan basah ini
tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.200 m dpl., di atas tanah-tanah yang subur atau relatif
subur, kering (tidak tergenang air dalam waktu lama), dan tidak memiliki musim kemarau yang nyata
(jumlah bulan kering < 2).
Hutan hujan tropika merupakan vegetasi yang paling
kaya, baik dalam arti jumlah jenis makhluk
hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai sumberdaya lahan (tanah, air, cahaya matahari) yang dimilikinya.
Hutan dataran rendah ini didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk
berlapis-lapis (layering), sekurang-kurangnya tinggi tajuk teratas
rata-rata adalah 45 m (paling tinggi dibandingkan rata-rata hutan lainnya),
rapat, dan hijau sepanjang tahun. Ada tiga lapisan tajuk atas di hutan ini:
- Lapisan pohon-pohon yang lebih tinggi, muncul di sana-sini dan menonjol di atas atap tajuk (kanopi hutan) sehingga dikenal sebagai “sembulan” (emergent). Sembulan ini bisa sendiri-sendiri atau kadang-kadang menggerombol, namun tak banyak. Pohon-pohon tertinggi ini bisa memiliki batang bebas cabang lebih dari 30 m, dan dengan lingkar batang hingga 4,5 m.
- Lapisan kanopi hutan rata-rata, yang tingginya antara 24–36 m.
- Lapisan tajuk bawah, yang tidak selalu menyambung. Lapisan ini tersusun oleh pohon-pohon muda, pohon-pohon yang tertekan pertumbuhannya, atau jenis-jenis pohon yang tahan naungan.
Kanopi hutan banyak mendukung
kehidupan lainnya, semisal berbagai jenis epifit (termasuk anggrek), bromeliad, lumut, serta lumut kerak, yang hidup
melekat di cabang dan rerantingan. Tajuk atas ini demikian padat dan rapat,
membawa konsekuensi bagi kehidupan di lapis bawahnya. Tetumbuhan di lapis bawah
umumnya terbatas keberadaannya oleh sebab kurangnya cahaya matahari yang bisa
mencapai lantai hutan, sehingga
orang dan hewan cukup leluasa berjalan di dasar hutan.
Ada dua lapisan tajuk lagi di aras
lantai hutan, yakni lapisan semak dan lapisan vegetasi penutup tanah. Lantai
hutan sangat kurang cahaya, sehingga hanya jenis-jenis tumbuhan yang toleran
terhadap naungan yang bertahan hidup di sini; di samping jenis-jenis pemanjat (liana) yang melilit batang atau mengait
cabang untuk mencapai atap tajuk. Akan tetapi kehidupan yang tidak begitu
memerlukan cahaya, seperti halnya aneka kapang dan organisme pengurai (dekomposer)
lainnya tumbuh berlimpah ruah. Dedaunan, buah-buahan, ranting, dan bahkan
batang kayu yang rebah, segera menjadi busuk diuraikan oleh aneka organisme
tadi. Pemakan semut raksasa juga hidup
di sini.
Tipe Iklim Hutan Tropis
Iklim Hutan
Tropis (A), secara umum dicirikan oleh suhu rata-rata bulanan lebih dari atau
sama dengan 180 C, dengan suatu klasifikasi lebih lanjut berdasarkan besarnya
curah hujan bulanan dan distribusinya lebih lanjut, sebagai berikut :
- Af : tanpa bulan kering, hujan sepanjang tahun dengan curah hujan bulanan lebih dari 60 mm.
- Am : memiliki bulan kering yang pendek, dimana pada bulan kering lapisan tanah bagian dalam tetap lembab dan curah hujan rata-rata tahunan tinggi.
- Aw : hujan pada bulan kering
- As : jarang dijumpai.
Ketinggian
tempat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kondisi iklim, baik dari segi
suhu, kelembaban udara maupun curah hujan, yang selanjutnya mempengaruhi
vegetasi yang ada. Masing-masing zona ketinggian tempat memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, baik dari segi floristik, komposisi maupun struktur.
Klasifikasi menurut ketinggian tempat secara umum sebagai berikut :
1. Hutan
Tropis Dataran Rendah (0 – kurang dari 800 m dpl.) Famili penyusun hutan ini untuk wilayah Asia
Tenggara, yaitu : Dipterocarpaceae, Annonaceae, Bombacaceae, Guttiferae,
Sapindaceae, Euphorbiaceae, Dilleniacee, Leguminoceae, Meliaceae,
Sterculiaceae.
2. Hutan
Tropis Dataran Tinggi/ Pegunungan (800-1.500 m dpl.) Famili penyusun hutan ini untuk wilayah Asia
Tenggara, yaitu : Fagaceae, Lauraceae, Myrtaceae, Araucariaceae, Juglandaceae.
3. Hutan
Tropis Pegunungan Tinggi (lebih dari 1.500 m dpl.) Famili penyusun tipe hutan ini untuk wilayah
Asia Tenggara, yaitu : Myrtaceae, Podocarpaceae.
Tipe Hutan Tropis Menurut Iklim di
Indonesia
1. Hutan Tropis Basah
Hutan tropis basah
adalah hutan yang memperoleh curah hujan yang tinggi, sering juga kita kenal
dengan istilah hutan pamah. Hutan jenis ini dapat dijumpai di Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan Papua. Jenis-jenis yang umum
ditemukan di hutan ini, yaitu : Meranti (Shorea dan Parashorea), keruing
(Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops), kayu besi (Eusideroxylon zwageri), kayu
hitam (Diospyros sp).
2. Hutan Muson Basah
Hutan muson
basah merupakan hutan yang umumnya dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur, periode
musim kemarau 4-6 bulan. Curah hujan yang dialami dalam satu tahun 1.250
mm-2.000 mm. Jenis-jenis pohon yang tumbuh di hutan ini antara lain jati,
mahoni, sonokeling, pilang dan kelampis.
3. Hutan Muson Kering
Hutan muson
kering terdapat di ujung timur Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Tipe hutan ini
berada pada lokasi yang memiliki musim kemarau berkisar antara 6-8 bulan. Curah
hujan dalam setahun kurang dari 1.250 mm. Jenis pohon yang tumbuh pada hutan
ini yaitu Jati dan Eukaliptus.
4. Hutan Savana
Hutan savana
merupakan hutan yang banyak ditumbuhi kelompok semak belukar diselingi padang
rumput dengan jenis tanaman berduri. Periode musim kemarau 4 – 6 bulan dengan
curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun. Jenis-jenis yang tumbuh di hutan
ini umumnya dari Famili Leguminosae dan Euphorbiaceae. Tipe Hutan ini umum
dijumpai di Flores, Sumba dan Timor.
2.2 Solusi
Hutan
hujan tropis merupakan salah satu tipe vegetasi hutan tertua yang telah
menutupi banyak lahan. Ekosistem hutan hujan tropis terbentuk oleh vegetasi
klimaks pada daerah dengan curah hujan 2.000 -11.000 mm per tahun, rata-rata
temperatur 25°C dengan perbedaan temperatur yang kecil sepanjang tahun, dan
rata-rata kelembapan udara 80 %.
Dari ciri
khas tersebut membuat hutan tropis di Indonesia sangat rentan terhadap
kerusakan hutan. Kerusakan hutan tropis di Indonesia diperkirakan mencapai 2
juta hektar per tahun. Kerusakan hutan tropis di Indonesia disebabkan oleh
berbagai faktor baik dari pihak yang hanya mencari keuntungan semata atau pun
dari cara pengelolaan hutan tropis yang salah, karena tidak mengerti tentang
karakteristik hutan tropis itu sendiri.
Usaha
penanggulangan dan pencegahan kerusakan hutan tropis di Indonesia merupakan hal
yang mendesak dilakukan. Jika tidak hutan tropis ini akan hilang akibat
kegiatan-kegiatan penebangan hutan, pertambangan, pemukiman penduduk, pembukaan
lahan pertanian, kebakaran hutan dan konversi dalam bentuk lain.
Ada pun solusi penanggulangan
kerusakan hutan hujan tropis secara umum :
a. Langkah
pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah sebagai penentu kebijakan ialah
harus segera melakukan pemulihan terhadap kerusakan hutan hujan tropis untuk
menjaga agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah. mengajak seluruh lapisan
masyarakat, dari kalangan individu, kelompok maupun organisasi perlu secara
serentak mengadakan reboisasi hutan dalam rangka penghijauan hutan kembali
sehingga pada 10 – 15 tahun ke depan kondisi hutan Indonesia dapat kembali
seperti sedia kala.
b. Langkah
kedua, pemerintah harus menerapkan cara-cara baru dalam penanganan kerusakan
hutan hujan tropis. Pemerintah mengikutsertakan peran serta masyarakat terutama
peningkatan pelestarian dan pemanfaatan hutan alam berupa upaya pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dan latihan serta rekayasa
kehutanan.
c. Langkah
ketiga adalah pencegahan dan peringanan. Pencegahan di sini dimaksud kegiatan
penyuluhan / penerangan kepada masyarakat lokal akan penting menjaga fungsi dan
manfaat hutan.
Bab III
Penutup
Kesimpulan :
·
Hutan alam tropis yang masih utuh mempunyai
jumlah spesies tumbuhan yang sangat banyak.
·
Hutan hujan tropis juga dijuluki sebagai
"farmasi terbesar dunia" karena hampir 1/4 obat modern berasal dari
tumbuhan di hutan hujan ini.
·
Kondisi
tanah di hutan hujan tropis yakni tanah asam, tanah ini memungkinkan besi dan almunium menjadi
aktif di samping kadar silikanya memang cukup tinggi.
·
Struktur hutan hujan tropis memberikan fungsi
seperti stabilitas ekonomi, produktivitas biologis yang tinggi, dan siklus hidrologis yang memadai.
·
Secara
nyata di lapangan, tipe hutan ini memiliki kesuburan tanah yang sangat rendah,
tanah tersusun oleh partikel lempung yang bermuatan negatif rendah seperti
kaolinite dan illite.
Saran :
Kita sebagai penerus bangsa
hendaknya harus memelihara dan menjaga
kekayaan alam yang ada di dunia ini terutama hutan, manfaatkan sesuai dengan kebutuhan, bukan menghabiskan hanya untuk kesenangan sesaat, hutan bukan warisan tapi titipan untuk anak
cucu.