HUBUNGAN AGROFORESTRY dan SILVOFISHERY
1. Pengertian Agroforestry
Pengertian dan Definisi dari Agroforestri adalah budidaya
tanaman kehutanan (pohon-pohon) bersama dengan tanaman pertanian (tanaman
semusim). Pengertian agroforestri seperti di atas merupakan pengertian
sederhana karena agroforestri dapat diartikan lebih luas lagi dengan
pengabungan sistem budidaya kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan.
Agroforestri merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris
"Agroforestry" yaitu Agro berarti pertanian dan Forestry berarti
Kehutanan. Agroforestri dikenal juga dengan istilah "Wanatani" yaitu
gabungan kata Wana berarti Hutan dan Tani atau Pertanian.
Agroforestri merupakan suatu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah
ketersediaan lahan dan peningkatan produktivitas lahan. Masalah yang sering
timbul adalah alih fungsi lahan menyebabkan lahan hutan semakin berkurang.
Agroforestri diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut dan masalah
ketersediaan pangan.
Sesuai definisi agroforestri diatas maka sistem ini
bervariasi dan cukup luas sehingga dapat diklasifikasi berdasarkan
kriteria-kriteria sebagai berikut :
ü Secara Struktual, menyangkut
komposisi komponen, seperti sistem-sistem agrisilvikultur, silvopastur dan
agrisilvopastur.
ü Secara Fungsional, menyangkut fungsi
atau peranan utama dalam sistem, terutama komponen kayu-kayuan.
ü Secara Sosial Ekonomis, menyangkut
tingkat masukan dalam pengelolaan (masukan rendah, masukan tinggi, intensitas
dan skala pengelolaan, tujuan usaha, subsisten, komersial, intermedier).
ü Secara Ekologis, menyangkut kondisi
lingkungan dan kesesuaian ekologis dari sistem Agrisilvikultur, Silvopastur,
Agrosilvopastur, Silvofishery, pohon serbaguna, dan lainnya.
Pada dasarnya agroforestri mempunyai komponen pokok yaitu
kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan. Penggabungan komponen-komponen
yang termasuk dalam agroforestri dikenal dengan nama :
ü Agrisilvikultur merupakan Kombinasi
antara komponen atau kegiatan kehutanan (pohon, perdu, palem, bambu, dll.)
dengan komponen pertanian.
ü Silvopastura merupakan Kombinasi
antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan peternakan
ü Agrosilvopastur merupakan Kombinasi
antara komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan
ü Silvofeshry merupakan Kombinasi
antara komponen kehutanan dan komponen perikanan. Sistem ini merupakan
pemanfaatan hutan mangrove dikombinasikan dengan tambak ikan.
Tujuan akhir program agroforestri adalah meningkatkan
kesejahteraan rakyat petani, terutama yang di sekitar hutan, yaitu dengan
memprioritaskan partisipasi aktif masyarakat dalam memperbaiki keadaan
lingkungan yang rusak dan berlanjut dengan memeliharanya. Program-program
agroforestri diarahkan pada peningkatan dan pelestarian produktivitas
sumberdaya, yang akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2. Pengertian Silvofishery
Silvofishery merupakan pola
pendekatan teknis yang terdiri atas rangkaian kegiatan terpadu antara kegiatan budidaya
ikan atau udang dengan kegiatan penanaman, pemeliharaan, pengelolaan dan upaya
pelestarian hutan mangrove. Mangrove silvofishery ditanam di sepanjang tambak
dengan jarak tanam 1 meter antara satu pohon dengan pohon yang lain. Mangrove
yang digunakan pada sistem silvofishery ini adalah Avicennia dan Rhizophora.
3.
Manfaat Silvofishery dalam praktek Agroforestry
Manfaat yang dapat diperoleh
dengan menerapkan silvofishery pada tambak budidaya (Sualia. dkk,
2010)yaitu :
ü
peningkatan
produksi dari hasil tangkapan alam dan ini akan meningkatkan pendapatan petani
ikan.
ü
Mencegah
erosi pantai dan intrusi air laut ke darat, sehingga pemukiman dan sumber air
tawar dapat dipertahankan.
ü
Dengan
model sistem silvofishery, aspek ekonomi masyarakat dapat terpenuhi dari
kegiatan budidaya ikan dan udang dalam tambak, sedangkan aspek perlindungan
pantai dan konservasi bakau dilakukan dengan tetap menjaga bakau-bakau di
pematang tambak dan bagian luar dari tambak.
ü
Kegiatan
penanaman bakau dan pembuatan tambak dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat tanpa
bantuan pemerintah, sehingga konsep social forestry atau community
forestry tercipta dengan sendirinya di wilayah pesisir tersebut.
Dengan model sistem silvofishery,
aspek ekonomi masyarakat dapat terpenuhi dari kegiatan budidaya ikan dan udang
dalam tambak, sedangkan aspek perlindungan pantai dan konservasi bakau
dilakukan dengan tetap menjaga bakau-bakau di pematang tambak dan bagian luar
dari tambak. Kegiatan penanaman bakau dan pembuatan tambak dilakukan sepenuhnya
oleh masyarakat tanpa bantuan pemerintah, sehingga konsep social forestry atau
community forestry tercipta dengan sendirinya di wilayah pesisir
tersebut.sistem silvofishery yang dapat
diaplikasikan adalah sistem empang parit dan sistem empang inti.
Sistem
empang parit adalah sistem mina hutan dimana hutan bakau berada ditengah dan
kolam berada di tepi mengelilingi hutan.Sebaliknya sistem empang inti adalah
sistem mina hutan dengan kolam di tengah dan hutan mengelilingi kolam
(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999 ).
Silvofishery sebagai sebuah konsep
usaha terpadu antara hutan mangrove dan perikanan budidaya yaitu budidaya di
tambak menjadi alternatif usaha yang prospektif dan sejalan dengan prinsip blue
economy. Pendekatan terpadu terhadap konservasi dan pemanfaatan sumberdaya
hutan mangrove memberikan kesempatan untuk mempertahankan kondisi kawasan hutan
tetap baik, disamping itu budidaya perairan payau dapat menghasilkan keuntungan
ekonomi. Hal yang paling penting adalah bahwa konsep ini menawarkan alternatif
teknologi yang aplikatif berdasarkan prinsip keberlanjutan (sustainable).Pengelolaan terpadu
mangrove-tambak diwujudkan dalam bentuk sistem budidaya perikanan yang
memasukkan pohon mangrove sebagai bagian dari sistem budidaya yang dikenal
dengan sebutan wanamina (silvofishery). Silvofishery pada dasarnya
ialah perlindungan terhadap kawasan mangrove dengan cara membuat tambak yang
berbentuk saluran yang keduanya mampu bersimbiosis sehingga diperoleh kuntungan
ekologis dan ekonomis karena mempertimbangkan kepedulian terhadap
ekologi (ecologycal
awareness).
Fungsi mangrove sebagai
nursery ground sering dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan
perikanan. Keuntungan ganda telah diperoleh dari simbiosis ini, selain
memperoleh hasil perikanan yang lumayan, biaya pemeliharaannya pun murah,
karena tanpa harus memberikan makanan setiap hari. Hal ini disebabkan karena
produksi fitoplankton sebagai energi utama perairan telah mampu memenuhi
kebutuhan untuk usaha budidaya tambak, berarti disini terwujud efesiensi.
Pengelolaan budidaya
ikan/udang di tambak melalui konsep silvofishery, disamping sangat
efisien juga mampu menghasilkan produktivitas yang cukup baik dengan hasil
produk yang terjamin keamanannya karena merupakan produk organik (non-cemical).
Bukan hanya itu konsep ini juga mampu mengintegrasikan potensi yang ada
sehingga menghasilkan multiple cash
flow atau bisnis turunan antara lain adalah bisnis
wisata alam (eco-taurism business) yang sangat prospektif,
pengembangan UMKM pengolahan produk makanan dari buah mangrove, disamping
bisnis turunan lainnya.
4.
Model Silvofishery
Secara umum terdapat tiga model
tambak silvofishery, yaitu; model empang parit, komplangan, dan jalur.
Selain itu terdapat pula tambak sistem tanggul yang berkembang di masyarakat.
Pada tambak silvofishery model empang parit, lahan untuk hutan mangrove
dan empang masih menjadi satu hamparan yang diatur oleh satu pintu air. Pada
tambak silvofishery model komplangan, lahan untuk hutan mangrove dan
empang terpisah dalam dua hamparan yang diatur oleh saluran air dengan dua
pintu yang terpisah untuk hutan mangrove dan empang (Bengen, 2003). Tambak silvofishery
model jalur merupakan hasil modifikasi dari tambak silvofishery model
empang parit. Pada tambak model ini terjadi penambahan saluran-saluran di
bagian tengah yang berfungsi sebagai empang. Sedangkan tambak model tanggul,
hutan mangrove hanya terdapat di sekeliling tanggul. Tambak jenis ini yang
berkembang di Kelurahan Gresik dan Kariangau Kodya Balikpapan. Berdasarkan 3
pola silvofishery dan pola yang berkembang di masyarakat,
direkomendasikan pola silvofishery kombinasi empat parit dan tanggul.
Pemilihan pola ini didasarkan atas pertimbangan:
ü Penanaman mangrove di tanggul
bertujuan untuk memperkuat tanggul dari longsor, sehingga biaya perbaikan
tanggul dapat ditekan dan untuk produksi serasah.
ü Penanaman mangrove di tengah
bertujuan untuk menjaga keseimbangan perubahan kualitas air dan meningkatkan
kesuburan di areal pertambakan.
Luas permukaan air di dalam tambak
budidaya jenis mang-rove yang biasanya ditanam di tanggul adalah Rhizophora
sp. dan Xylocarpus sp. Sedangkan untuk di tengah/pelataran tambak adalah
Rhizophora sp. Jarak tanam mangrove di pelataran umumnya 1m x 2m pada saat
mangrove masih kecil. Setelah tumbuh membesar (4-5 tahun) mangrove harus
dijarangkan. Tujuan penjarangan ini untuk memberi ruang gerak yang lebih luas
bagi komoditas budidaya.Selain itu sinar matahari dapat lebih banyak masuk ke
dalam tambak dan menyentuh dasar pelataran, untuk meningkatkan kesuburan tambak.
REFERENSI :
Fiqriyah
Marpaung,AZ.2013.Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Ekosistem Mangrove
Silvofishery Dan Mangrove Alami Kawasan Ekowisata Pantai BOE Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar.Makassar : Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan
Perikanan Universitas Hasanudin.
Anonim.2012.http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-definisi
agroforestri.html).Diakses 21 Oktober 2013.
Anonim.2012.http.//pengertian-definisi.blogspot.com//2012/03/pengertian-dan-definisi
silvofishery.html.Diakses 21 Oktober 2013.
Anonim.2012.http.//model-silvofishery.blogspot.com//2012/03/model-silvofishery.html.Diakses
21 Oktober 2013.