PAPER KLIMATOLOGI HUTAN
PENGARUH
CURAH HUJAN, AWAN, DAN IKLIM TERHADAP HUTAN
Oleh :
AHMAD JAILANI
1106120923
FAKULTAS PERTANIAN
KEHUTANAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
Defenisi
Hujan
Hujan merupakan satu
bentuk presipitasi yang berwujud cairan.
Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju
dan hujan es) atau aerosol (seperti embun
dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air
yang terpisah jatuh ke bumi dari awan.
Hujan
memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut
menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi
awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali
ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula.
Hujan adalah peristiwa turunya air
dari langit ke bumi. Awalnya air hujan berasal dari air dari bumi seperti air
laut, air sungai, air danau, air waduk, air rumpun, air sawah, air comberan,
air susu, air jamban, air kolam, air ludah, dan lain sebaginya. Selain air yang
berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga bisa berasal dari tubuh
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda lain yang mengandung air.
Air-air tersebut umumnya mengalami proses
penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan panas matahari. Air yang
menguap/menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya terus bergerak menuju langit
yang tinggi bersama uap-uap air yang lain.
Akibat angin atau udara yang bergerak
awan-awan saling
bertemu dan membesar menuju langit / atmosfir bumi yang suhunya rendah atau
dingin,
akhirnya membentuk butiran es dan air. Karena semakin rendah suhu udara semakin
tinggi maka es atau salju yang terbentuk cair akan menjadi air, namun jika
suhunya sangat rendah maka akan turun tetap sebagai salju.
Mekanisme
Pembentukan Hujan
Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi
orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa
didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan. Pembentukan hujan itu berlangsung
dalam tiga tahap. Pertama, pembentukan angina; kedua, pembentukan awan; ketiga,
turunya hujan.
TAHAP PERTAMA : Sejumah besar gelembung udara terbentuk karena buih
dilautan secara terus menerus pecah dan menyebabkan partikel air disemburkan
kelangit. Partikel yang kaya-garam ini kemudian dibawa angina dan dibawa ke
atmosfir.
TAHAP KEDUA : Awan terbentuk dari uap air yang mengembun disekitar
Kristal garam atau partikel debu di udara. Karena tetesan air di awan sangat
kecil, awan menggantung di udara dan menyebar ke langit, sehingga langit
tertutup oleh awan.
TAHAP KETIGA : Partikel air yang mengelilingi Kristal garam dan
partikel debu akan bertambah tebal dan membentuk tetesan hujan, sehingga
tetesan hujan akan menjadi lebih berat dari pada udara, dan mulai jatuh ke bumi
sebagai hujan.
Hujan tidak hanya turun berbentuk
air dan es saja, namun juga bisa berbentuk embun dan kabut. Hujan yang jatuh
ke permukaan bumi jika bertemu dengan udara yang kering, sebagian hujan dapat
menguap kembai ke udara.
Jumah air hujan di ukur menggunakan
pengukur hujan. Ia dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada
permukaan rata, dan diukur kurang lebih 0.25 mm. biasanya hujan memiliki kadar
asam pH 6. Hujan dibawah pH 5.6 dianggap hujan asam.
Pembagian Hujan
Berdasarkan Terjadinya
Berdasarkan terjadinya, hujan dibedakan menjadi :
·
Hujan sikonal, yaitu hujan yang
terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan angin berputar.
·
Hujan zenithal atau hujan
konvektif, yaitu hujan yang seing terjadi didaerah sekitar ekuator,
akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian
angina tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan disn Musimekitar
ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
·
Hujan orografis atau hujan
gunung, yaitu hujan yang terjadi karena angina yang mengandung uap air
yang bergerak horizontal. Angina tersebut bergerak menuju pegunungan, suhu
udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan disekitar
pegunungan.
·
Hujan frontal, yaitu hujan yang
terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas.
Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada dibawah.
Disekitar bidang front inilah sering terjadi
hujan lebat yang disebut hujan frontal.
·
Hujan muson, yaitu hujan yang
terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson
adalah karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis
Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, secara
teoritis hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April.
Sementara dikawasan Asia Timur terjadi buan Mei sampai Agustus.
·
Hujan buatan, yaitu dibuat
dengan cara menggunakan garam-garaman untuk merangsang awan hingga uap air di
udara dengan ketinggian 3000 kaki lebih cepat berkondensasi menjadi air dan
turun sebagai hujan.
Pembagian Hujan
Berdasarkan Ukurannya
Berdasarkan ukuran butirannya, hujan dibedakan menjadi :
·
Hujan gerimis / drizzle,
diameter butirannya kurang dari 0,5 mm
·
Hujan salju, terdiri dari
kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 00 Celcius.
·
Hujan batu es, curahan batu es
yang turun dalam cuaca panas dari awan yang suhunya dibawah 00 Celcius.
·
Hujan deras/rain, curahan air
yang turun dari awan dengan suhu diatas 00 Celcius dengan
diameter ±7 mm.
Presipitasi
Tropis
Presipitasi
merupakan jatuhan hydrometeor yang sampai ke bumi baik dalam bentuk cair
(hujan) ataupun padat (es atau salju). Diwilayah tropis seperti Indonesia presipitasi
lebih didefenisikan sebagai hujan karena sangat jarang terjadi presipitasi
dalam bentuk jatuhan es. Kondensasi terjadi pada berbagai kondisi seperti
perubahan volume udara, suhu, tekanan dan kelembaban, apabila :
-
Udara didinginkan sampai titik
embunnya meskipun volumenya tetap.
-
Volume udara bertambah tampa
ada penambahan panas karena udara didinginkan melalui ekspansi adiabatic.
-
Perubahan suhu dan volume
mengurangi kapasitas kebasahan udara.
Presipitasi atau hujan berdasarkan
mekanisme dominan dari gerak vertical dibedakan menjadi :
1.
Presipitasi stratiform.
Yaitu
presipitasi dari awan stratiform yang terbentuk karena gerak vertical yang
kontinu dan menyebar luas
2.
Presipitasi konvektif
Yaitu
presipitasi dari awan konvektif karena kondisi udara yang tidak stabil yang
menyebabkan gerak vertical tetapi terlokalisir dalam skala yang tidak luas.
Air Turun Ke Bumi
Menurut Kadar Tertentu
Air
jatuh ke bumi dengan kecepatan yang rendah karena titik hujan memiliki bentuk
khusus yang meningkatkan efek gesekan atmosfir dan membantu hujan turun ke bumi
dengan kecepatan yang lebih rendah. Andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau
andaikan atmosfir tidak memiliki sifat gesekan, bumi akan menghadapi kehancuran
setiap turun hujan.
Presipitasi
Sebuah thunderstorm pasti
menghasilkan presipitasi, baik yang mencapai permukaan (hujan, salju, hailstone) maupun tidak mencapai permukaan
(virga). Tampak bahwa hujan paling lebat terjadi di pusat thunderstom, daerah dengan
ketebalan awan maksimum. Di area ini juga bisa terjadi hail atau hujan batu es
(hailstone)
·
Pola hujan monsum, yang
wilayahnya memiiki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode
musim kemarau kemudian dikelompokan dalam Zona Musim (ZOM)
·
Pola hujan equatorial, yang
wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan bimodial dengan dua puncak musim
hujan maksimum dan hampir sepanjang tahun masuk daam kriteria musim hujan.
·
Pola hujan local, yang wilahnya
memiiki distribusi hujan bulanan kebalikan dengan pola monsoon.
Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu
lebih banyak daripada pantai sebeah timur.
b. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia
bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau jawa, Bali, NTB, dan NTT yang
dihubungkan oeh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah
Jawa Barat.
c. Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat curah hujan
terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600-900 m di atas permukaan
laut.
d. Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim
pancaroba. Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar.
e. Buan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.
Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia di pengaruhi
oleh beberapa factor antara lain :
1.
Bentuk medan atau topografi;
2.
Arah lereng medan;
3.
Arah angin yang sejajar dengan
garis pantai ; dan
4.
Jarak perjalanan angin di atas
medan datar.
Istilah-Istilah
Hujan
- Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk megukur banyaknya curah hujan disebut Rain Gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan.
- Hujan adalah butiran-butiran air yang dicurahkan dari atmosfer turun turun ke permukaan bumi.
- Sedangkan garis yang menghubungkan tempat-tempat di peta yang mendapat curah hujan yang sama disebut isohyet.
Kaitan Hutan
Dengan Hujan
Kaitan
antara hujan dengan hutan tidak terlepas curah hujan yang tinggi. Curah hujan
mampu mengubah keadaan sifat tanah yang berakhir dengan vegetasi suatu daerah.
Curah hujan juga turut menentukan tipe hutan yang terbentuk mulai dari hutan
hujan maupun hutan musim. Hutan juga dapat
mempengaruhi hujan dengan cara mengurangi jumlah hujan yang jatuh di dalam
hutan sebesar 30 % pada hutan bambu dan mengurangi jumlah hujan yang jatuh
sebesar 12% pada hutan dammar di Baturaden. Sehingga hutan dapat mengurangi
erosi percikan yang di timbulkan oleh curah hujan yang tinggi.
Pengertian Awan
Awan
adalah suatu kumpulan partikel air atau es tampak di atmosfer. Kumpulan
partikel tersebut termasuk partikel yang lebih besar, juga partikel kering
seperti terdapat pada asap atau debu, juga terdapat di dalam awan
Jenis-jenis awan
Secara umum terdapat 10 genera awan dan
tiga dari padanya tergolong kedalam peringkat-peringkat tersebut berikut
ini.awan dapat di bagi berdasarkan bentuk,ketinggian dan lingkungan fisiknya. Pembagian awan menurut
bentuknya ada beberapa jenis :
a.
Awan Cumulonimbus
Adalah jenis awan cumulus dengan
ketebalan vertikal yang besar dan terdiri atas campuran Kristal es di bagian
atas dan tetes air di bagian bawah, karakteristik ini menyebabkan awan ini
menurunkan hujan deras dalam waktu yang sangat singkat.Namun setelah periode
hujan deras hujan gerimis masih bisa terjadi sangat lama.Sealain hujan deras
akibat terjadinya upward (aliran udara ke atas) dan down ward (aliran udara ke
bawah) yang kuat.awan ini juga sering menghasilkan kilat (lighting) dan guntur
(thunder) karena terbentuknya lapisan elektrik positif dan negatif dengan
awan.cumulonimbus semacam inilah yang sering di sebut badai guruh
(thunderstorm).Pelangi terkadang muncul di tengah awan cumulonimbus yang amat
besar. Ada yang menyebut awan ini “kepala petir” karena awan ini mampu
memproduksi petir dan menghasilkan hujan deras. Sebuah super cell yang tampak
dari bawah seperti dinding awan yang sangat besar.Awan ini perlu di waspadai
sebab kemungkinan besar menimbulkan badai.
b.
Awan Cirrus
Adalah awan putih yang menjulang
tinggi,lembut dan pada umumnya berbentuk mirip bulu ungggas.Apabila awan
memencil dan tersusun tidak teratur di langit maka awan ini terbentuk dalam langit cerah biru.apa bila awan ini tersusun
secara sistematik seperti pita atau di hubungkan dengan cirrustratus an
altostratus,maka di katakana udara buruk.Awan ini tersusun oleh hablur-hablur
es.
c.
Awan cumulus
Adalah awan tebal yang padat dengan
perkembangan vertikal,Permukaan atasnya menyerupai bentuk doma dengan struktur
seperti bunga kol,sedang bagian bawahnya datar. Banyak cumulus terbentuk di
langit yang mula-mula bersih,meskipun kadang-kadang terjadi cumulus yang
bermenara yang nantinya berkembang menjadi cumulonimbus atau kepala halilintar.
d.
Awan sratocumulis
Awan
yang bertumpuk bergumpal atau bergulung,Bentuk ini ialah masa globuler yang
besar atau gulungan dari awan yang berwarna kelabu halus dengan tepian yang
lebih terang.Massa itu biasanya tersusun dalam pola-pola beraturan..
e.
Awan nimbostratus
Sejenis awan tebal (padat) dan luas.Awan
ini sering kali menyerupai bergerigi (reged layer) dari awan-awan rendah yang
sering sering mendatangkan presipitasi atau curahan hujan.Awan ini sering juga
di sebut awan hujan yang bewarna kelabu gelap hampir kehitaman,untuk lebih
jelasnya.
f.
Awan
stratus
Sebuah bentuk lapisan uniform yang
rendah dari awan yang menyerupai kabut akan tetapi tidak menempel pada
permukaan tanah.
g.
Awan Alto cumulus
Awan cadar yang dapat berupa
kelabu.Bentuk awanya adalah masa globuler yang mendatar,tersusun dalam bentuk
garis-garis atau gelombang-gelombang.Altocumulus bisa di bedakan dari Cc dalam
hal bulatan yang lebih besar dan sering kali di sertai dengan bayangan.
h.
Awan altostratus
Gumpalan awan yang menyerupai bulu domba
tebal,tetapi lembaran awannya adalah bentuk atau uniform warna kelabu atau
kelabu kebiru-biruan.awan ini menyerupai cirrostratus yang tebal dan sering
muncul berangsur-angsur dengan Cs tersebut.
i.
Awan Cirrocumulus
Menyerupai bulu domba putih atau massa
globuler,biasanya tanpa bayangan.Awan ini sering tersusun oleh garis-garis yang
kemudian bertumpuk (cumulus).
J. Awan cirrostratus
Lapisan
awan putih tipis menyerupai cadar putih merata.Awan ini meliputi seluruh langit
dan memberikan warna putih susu,awan ini biasanya menghasilkan sebuah halo
sekitar matahari atau bulan dan biasanya merupakan tanda untuk tibanya topan.
Mekanisme
Pembentukan Awan
Udara
di sekeliling kita Banyak mengandung uap air.Tidak terhitung banyaknya
gelembung udara yang terbentuk oleh busa laut secara terus-menerus yang
menyebabkan partikel-partikel air terangkat ke langit.Partikel-partikel inilah
yang di sebut aerosol inilah yang berfungsi sebagai perangkap air dan
selanjutnyaakan membentuk titik-titik air.Selanjutnya aerosol ini naik ke
atmosfer dan bila sejumlah besar udara terangkat ke lapisan yang lebih tinggi
maka ia akan mengalami pendinginan dan selanjutnya mengembun.Kumpulan air dari
hasil titik-titik air udara inilah yang terlihat sebagai awan.makin banyak
udara yang mengembun makin besar awan yang terbentuk.
Para
ilmuan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan
berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan.Terbentuknya awan hujan yang
mengambil bentuk tertentu terjadi melalui sistem tahapan tertentu pula.
Tahap-tahap
pembentukan awan hujan adalah sebagai berikut :
·
Tahap 1 Pergerakan awan
oleh angin : awan-awan di bawa dengan kata lain di tiup oleh angin.
·
Tahap 2 Pembentukan
awan yang lebih besar, kemudian awan awan kecil yang di gerakan angin saling
bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.
·
Tahap 3 Pembentukan
awan yang tumpang tindih ketika awan-awan kecil yang bergabung membentuk awan
yang lebih besar gerakan udara vertikal terjadi di dalamnya meningkat,membesarnya
awan vertikal ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh secara membesar dan mencapai
wilayah atmosfer yang lebih dingin dimana butiran air dan es terbentuk dan
ketika butiran air dan es telah berat mereka akan lepas dan jatuh.
Proses kondensasi
Secara singkat proses
kondensasi dalam pembentukan awan adalah sebagai berikut :
1.
Udara di atas akan
mengalami pendingingan secara adibatik sehingga kelembaban nisbinya
bertambah,tetapi sebelum RH mencapai 100% yaitu sekitar 78% .Kondensasi telah
di mulai pada inti kondensasi yang lebih besar dan aktif.
2.
Tetes air kemudian
mulai tumbuh menjadi tetes awan pada saat RH mendekati 100% karena uap air
telah di gunakan oleh inti-inti yang besar dan inti yang kecil kurang aktif.
3.
Tetes awan yang
terbentuk umumnya mempunyai jari-jari 5-20 mm,karena dengan ukuran demikian
tetes tersebut dapat mengalahkan gerakan udara keatas.
4.
Jadi perbedaan antara
tetes awan dan tetes hujan adalah pada ukurannya.
Pembentukan awan
berlaku hampir keseluruhannya pada bagian bawah atmosfer yang di kenal sebagai
troposfer.awan terbagi dalam dua kumpulan besar yaitu yang berbentuk cumulus
(cumiliform) dan yang berbentuk berlapis-lapis (stratiform).ukuran bentuk dan
warna awan berubah mengikuti kandungan kelembaban dan kandungan atmosfer.Hubungan
ketinggian dan bentuk awan dapat di lihat pada gambar di bawah ini.
Pengukuran
awan
Pengukuran awan biasanya yang
ditentukan adalah jumlah awan yang menutupi langit. Untuk itu biasanya
dinyatakan dalam satuan oktas, yaitu seperdelapan dari langit di atas suatu
horizon jumlah.
Tabel 1. Hasil Klasifikasi Awan melalui Citra
Satelit Penginderaan Jauh
2.6. Awan untuk hujan buatan
Awan
yang di jadikan sasaran untuk kegiatan hujan buatan adalah jenis awan cumulus
yang aktif di cirikan yang bentuknya seperti bunga kol.Awan cumulus terjadi
karena proses konveksi.Secara lebih rinci awan cumulus terbagi atas 3 jenis
yaitu strato cumulus,yaitu awan cumulus yang baru tumbuh,cumulus dan
cumulonimbus yaitu awan cumulus yang sangat besar dan mungkin terdiri beberapa
awan cumulus yang bergabung menjadi satu.jenis awan cumulus yang bentuknya
seperti bungak kol merupakan jenis awan yang di jadikan sebagai sasaran
penyemaian kegiatan hujan buatan.
a.
Pembagian awan
berdasarkan ketinggian
-
Awan rendah
Yaitu awan yang mempunyai ketinggian
dasar kurang dari 2 km meliputi jenis stratus,stratocumulus,cumulus,cumulonimbus,dan
nimbo stratus.
-
Awan menengah
Yaitu awan ketinggian dasar antara 2-7
km,meliputi jenis altocumulus dan altostratus
-
Awan tinggi
Yaitu awan dengan ketinggian dasar lebih
dari 7 km,meliputi cirrus,cirrocumulus dan cirrostratus.jenis awan menurut ketinggiannya.
b.
Pembagian
awan berdasarkan suhu lingkungan Atmosfer
Awan dingin dan awan Hangat
Terminologi awan dingin
di berikan untuk awan yang semua
bagiannya berada pada lingkungan atmosfer dengan suhu di bawah titik beku (<
00C),sedangkan awan hangat adalah awan yang senua bagianya berada di
atas titik beku(>00C. Awan dingin kebanyakan adalah awan yang
pada daerah lintang menengah dan tinggi dimana suhu udara dekat permukaan tanah
saja bisa mencapai titik <00C.Di daerah tropis seperti halnya di indonesia,suhu
udara dekat permukaan tanah sekitar 20-30 00C,dasar awan mempunyai
suhu sekitar 18 0C.namun demikian puncak awan dapat menembus jauh ke
atas melampaui titik beku,sehingga sebagian awan merupakan awan hangat,sebagian
lagi di atasnya merupakan awan dingin.Awan semacam ini di sebut awan
campuran.Untuk lebih jelasnya dapat di lihat sebagai berikut.
A.
Peran Awan terhadap
pembentukan Hutan
Awan adalah massa terlihat dari
tetesan air
atau kristal
beku tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau tubuh planet lain.
Awan juga massa terlihat yang tertarik oleh gravitasi,
seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan antar bintang
dan nebula.
Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan,
suatu cabang meteorologi.
Di Bumi
substansi biasanya kondensasi uap air. Dengan bantuan partikel higroskopis udara
seperti debu dan garam
dari laut, tetesan air kecil terbentuk pada ketinggian rendah dan kristal es
pada ketinggian tinggi bila udara didinginkan untuk jenuh oleh konvektif lokal atau lebih
besar mengangkat non-konvektif skala. Pada
beberapa kasus, awan tinggi mungkin sebagian terdiri dari tetesan air
superdingin. Tetesan dan kristal biasanya sekitar 0,01 mm (0,00039 in) diameter.
Para agen yang paling umum dari lift termasuk pemanasan matahari
di siang hari dari udara pada tingkat permukaan, angkat frontal yang memaksa
massa udara lebih hangat akan naik lebih dari atas sebuah airmass pendingin,
dan mengangkat orografik udara di atas
gunung. Ketika naik udara, mengembang sebagai tekanan berkurang. Proses ini
mengeluarkan energi yang menyebabkan udara dingin. Ketika dikelilingi oleh
milyaran tetesan lain atau kristal mereka menjadi terlihat sebagai awan. Dengan
tidak adanya inti kondensasi, udara menjadi jenuh dan pembentukan awan
terhambat. dalam awan padat memperlihatkan pantulan tinggi (70% sampai 95%) di
seluruh terlihat berbagai panjang gelombang. Mereka sehingga tampak putih,
setidaknya dari atas. tetesan Cloud cenderung menyebarkan cahaya efisien,
sehingga intensitas radiasi matahari berkurang dengan kedalaman ke gas, maka
abu-abu atau bahkan gelap kadang-kadang penampilan mereka di dasar awan . awan
tipis mungkin tampak telah memperoleh warna dari lingkungan mereka atau latar
belakang dan awan diterangi oleh cahaya non-putih, seperti saat matahari terbit
atau terbenam, mungkin tampak berwarna sesuai. Awan terlihat lebih gelap di
dekat-inframerah karena air menyerap radiasi matahari pada saat- panjang
gelombang .
Pembentukan awan
Udara selalu mengandung
uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah
awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara:
1.
Apabila udara panas,
lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyejat.
Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu
lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah
awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya.
2.
Suhu udara tidak
berubah, tetapi keadaan atmosfer lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin
tepu dengan uap air.
Apabila awan
telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan
itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi menariknya
ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu akan terus jatuh
ke bawah dan turunlah hujan.
Jika
titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan
awan menghilang. Inilah yang menyebabkan itu awan selalu berubah-ubah
bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan
mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa
hujan.
Jenis-jenis awan
awan menurut bentuknya terbagi
menjadi beberapa jenis :
1.Awan Kumulus, yaitu awan yang bergumpal dan
bentuk dasarnya horizontal
3.Awan Cirrus,
yaitu awan yang berdiri sendiri, halus dan berserat, sering terdapat kristal es
tetapi tak menimbulkan hujan
Hutan pegunungan
Hutan pegunungan atau hutan montana (montane
forest) adalah salah satu formasi hutan tropika basah
yang terbentuk di wilayah pegunungan. Salah
satu cirinya, hutan ini kerap diselimuti awan, biasanya pada
ketinggian atap tajuk (kanopi)nya. Pepohonan dan tanah di hutan ini acapkali
tertutupi oleh lumut, yang tumbuh
berlimpah-limpah. Oleh sebab itu, formasi hutan ini juga dinamai hutan lumut, hutan kabut, atau hutan
awan (cloud forest).
Hutan
pegunungan bawah di Ceremai
Seseorang yang mendaki ke puncak gunung, bila jeli mengamati, akan melihat
perubahan-perubahan dan perbedaan pada fisiognomi hutan sejalan dengan meningkatnya ketinggian
tempat (elevasi). Pohon-pohon mulai banyak digelayuti lumut, epifit, termasuk berjenis-jenis anggrek. Atap tajuk
mulai memendek, setinggi-tingginya sekitar 30-an meter. Sembulan (emergent) semakin jarang didapati, begitu
juga banir (akar papan) dan kauliflori, yakni munculnya bunga dan buah di batang pohon
(bukan di cabang atau pucuk ranting). Dan yang menyolok, mulai pada elevasi
tertentu, cabang dan ranting pohon akan bengkak-bengkok dan daun-daunnya akan
mengecil ukurannya. Para ahli berbeda pendapat mengenai ketinggian tempat
ditemukannya hutan-hutan pegunungan ini. Whitmore (1984) menyebutkan elevasi sekitar 1.200 m
(kadang-kadang turun hingga serendah 750 m), hingga ketinggian 3.000 (3.350) m
di atas muka laut, sebagai tempat tumbuhnya[2]. Van Steenis (2006) menuliskan angka ketinggian 1.000 m hingga
3.400 m untuk kawasan Malesia[3], sementara Anwar dkk. (1984) memperoleh ketinggian 1.200 m hingga lebih
dari 3.000 m –mirip dengan Whitmore– untuk vegetasi pegunungan di Sumatra.
Angka-angka ini akan lebih bervariasi lagi bila menyebut batas-batas
subzona vegetasi pegunungan. Dari studinya selama berpuluh-puluh tahun di
kawasan Malesia, van Steenis menyimpulkan bahwa terdapat tiga subzona hutan
pegunungan, yakni:
·
submontana (sub-pegunungan atau disebut juga hutan pegunungan bawah), antara
ketinggian 1.000—1.500 m dpl.
·
montana (hutan pegunungan atas) antara 1.000—2.400 m.
·
subalpin, di atas ketinggian 2.400 m.
Meskipun demikian, sebagaimana dicontohkan di atas, angka-angka ini tidak
berlaku mutlak. Dalam kasus batas-batas ketinggian zona vegetasi berlaku suatu
hukum yang dikenal sebagai “efek pemampatan elevasi” (Massenerhebungseffekt;
Schröter, 1926)[3]. Yakni, batas-batas elevasi ini akan semakin ‘mampat’, merendah, pada
gunung-gunung yang soliter jika dibandingkan dengan gunung-gunung di wilayah
pegunungan tinggi yang luas.
Salah satu faktor penting pembentukan hutan ini adalah suhu yang rendah dan
terbentuknya awan atau kabut yang kerap menyelimuti atap tajuk.
Kabut ini jelas meningkatkan kelembaban udara, menghalangi cahaya matahari dan dengan demikian menurunkan laju evapotranspirasi.
Dengan meningkatnya elevasi, pohon-pohon cenderung memendek dan banyak
bercabang. Epifit berupa jenis-jenis anggrek, lumut dan pakis tumbuh melimpah di batang, cabang dan di atas tanah. Presipitasi turun
dalam bentuk pengembunan kabut pada dedaunan, yang kemudian jatuh menetes ke
tanah. Tanah di hutan ini cukup subur namun cenderung bergambut.
Pengertian Awan
Awan
adalah suatu kumpulan partikel air atau es tampak di atmosfer. Kumpulan
partikel tersebut termasuk partikel yang lebih besar, juga partikel kering
seperti terdapat pada asap atau debu, juga terdapat di dalam awan
Jenis-jenis awan
Secara umum terdapat 10 genera awan dan
tiga dari padanya tergolong kedalam peringkat-peringkat tersebut berikut
ini.awan dapat di bagi berdasarkan bentuk,ketinggian dan lingkungan fisiknya. Pembagian awan menurut
bentuknya ada beberapa jenis :
a.
Awan Cumulonimbus
Adalah jenis awan cumulus dengan
ketebalan vertikal yang besar dan terdiri atas campuran Kristal es di bagian
atas dan tetes air di bagian bawah, karakteristik ini menyebabkan awan ini
menurunkan hujan deras dalam waktu yang sangat singkat.Namun setelah periode
hujan deras hujan gerimis masih bisa terjadi sangat lama.Sealain hujan deras
akibat terjadinya upward (aliran udara ke atas) dan down ward (aliran udara ke
bawah) yang kuat.awan ini juga sering menghasilkan kilat (lighting) dan guntur
(thunder) karena terbentuknya lapisan elektrik positif dan negatif dengan
awan.cumulonimbus semacam inilah yang sering di sebut badai guruh
(thunderstorm).Pelangi terkadang muncul di tengah awan cumulonimbus yang amat
besar. Ada yang menyebut awan ini “kepala petir” karena awan ini mampu
memproduksi petir dan menghasilkan hujan deras. Sebuah super cell yang tampak
dari bawah seperti dinding awan yang sangat besar.Awan ini perlu di waspadai
sebab kemungkinan besar menimbulkan badai.
b.
Awan Cirrus
Adalah awan putih yang menjulang
tinggi,lembut dan pada umumnya berbentuk mirip bulu ungggas.Apabila awan
memencil dan tersusun tidak teratur di langit maka awan ini terbentuk dalam langit cerah biru.apa bila awan ini tersusun
secara sistematik seperti pita atau di hubungkan dengan cirrustratus an
altostratus,maka di katakana udara buruk.Awan ini tersusun oleh hablur-hablur
es.
c.
Awan cumulus
Adalah awan tebal yang padat dengan
perkembangan vertikal,Permukaan atasnya menyerupai bentuk doma dengan struktur
seperti bunga kol,sedang bagian bawahnya datar. Banyak cumulus terbentuk di
langit yang mula-mula bersih,meskipun kadang-kadang terjadi cumulus yang
bermenara yang nantinya berkembang menjadi cumulonimbus atau kepala halilintar.
d.
Awan sratocumulis
Awan
yang bertumpuk bergumpal atau bergulung,Bentuk ini ialah masa globuler yang
besar atau gulungan dari awan yang berwarna kelabu halus dengan tepian yang
lebih terang.Massa itu biasanya tersusun dalam pola-pola beraturan..
e.
Awan nimbostratus
Sejenis awan tebal (padat) dan luas.Awan
ini sering kali menyerupai bergerigi (reged layer) dari awan-awan rendah yang
sering sering mendatangkan presipitasi atau curahan hujan.Awan ini sering juga
di sebut awan hujan yang bewarna kelabu gelap hampir kehitaman,untuk lebih
jelasnya.
f.
Awan
stratus
Sebuah bentuk lapisan uniform yang
rendah dari awan yang menyerupai kabut akan tetapi tidak menempel pada
permukaan tanah.
g.
Awan Alto cumulus
Awan cadar yang dapat berupa
kelabu.Bentuk awanya adalah masa globuler yang mendatar,tersusun dalam bentuk
garis-garis atau gelombang-gelombang.Altocumulus bisa di bedakan dari Cc dalam
hal bulatan yang lebih besar dan sering kali di sertai dengan bayangan.
h.
Awan altostratus
Gumpalan awan yang menyerupai bulu domba
tebal,tetapi lembaran awannya adalah bentuk atau uniform warna kelabu atau
kelabu kebiru-biruan.awan ini menyerupai cirrostratus yang tebal dan sering
muncul berangsur-angsur dengan Cs tersebut.
i.
Awan Cirrocumulus
Menyerupai bulu domba putih atau massa
globuler,biasanya tanpa bayangan.Awan ini sering tersusun oleh garis-garis yang
kemudian bertumpuk (cumulus).
J. Awan cirrostratus
Lapisan
awan putih tipis menyerupai cadar putih merata.Awan ini meliputi seluruh langit
dan memberikan warna putih susu,awan ini biasanya menghasilkan sebuah halo
sekitar matahari atau bulan dan biasanya merupakan tanda untuk tibanya topan.
Mekanisme
Pembentukan Awan
Udara
di sekeliling kita Banyak mengandung uap air.Tidak terhitung banyaknya
gelembung udara yang terbentuk oleh busa laut secara terus-menerus yang
menyebabkan partikel-partikel air terangkat ke langit.Partikel-partikel inilah
yang di sebut aerosol inilah yang berfungsi sebagai perangkap air dan
selanjutnyaakan membentuk titik-titik air.Selanjutnya aerosol ini naik ke
atmosfer dan bila sejumlah besar udara terangkat ke lapisan yang lebih tinggi
maka ia akan mengalami pendinginan dan selanjutnya mengembun.Kumpulan air dari
hasil titik-titik air udara inilah yang terlihat sebagai awan.makin banyak
udara yang mengembun makin besar awan yang terbentuk.
Para
ilmuan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan
berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan.Terbentuknya awan hujan yang
mengambil bentuk tertentu terjadi melalui sistem tahapan tertentu pula.
Tahap-tahap
pembentukan awan hujan adalah sebagai berikut :
·
Tahap 1 Pergerakan awan
oleh angin : awan-awan di bawa dengan kata lain di tiup oleh angin.
·
Tahap 2 Pembentukan
awan yang lebih besar, kemudian awan awan kecil yang di gerakan angin saling
bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.
·
Tahap 3 Pembentukan
awan yang tumpang tindih ketika awan-awan kecil yang bergabung membentuk awan
yang lebih besar gerakan udara vertikal terjadi di dalamnya meningkat,membesarnya
awan vertikal ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh secara membesar dan mencapai
wilayah atmosfer yang lebih dingin dimana butiran air dan es terbentuk dan
ketika butiran air dan es telah berat mereka akan lepas dan jatuh.
Proses kondensasi
Secara singkat proses
kondensasi dalam pembentukan awan adalah sebagai berikut :
1.
Udara di atas akan
mengalami pendingingan secara adibatik sehingga kelembaban nisbinya
bertambah,tetapi sebelum RH mencapai 100% yaitu sekitar 78% .Kondensasi telah
di mulai pada inti kondensasi yang lebih besar dan aktif.
2.
Tetes air kemudian
mulai tumbuh menjadi tetes awan pada saat RH mendekati 100% karena uap air
telah di gunakan oleh inti-inti yang besar dan inti yang kecil kurang aktif.
3.
Tetes awan yang
terbentuk umumnya mempunyai jari-jari 5-20 mm,karena dengan ukuran demikian
tetes tersebut dapat mengalahkan gerakan udara keatas.
4.
Jadi perbedaan antara
tetes awan dan tetes hujan adalah pada ukurannya.
Pembentukan awan
berlaku hampir keseluruhannya pada bagian bawah atmosfer yang di kenal sebagai
troposfer.awan terbagi dalam dua kumpulan besar yaitu yang berbentuk cumulus
(cumiliform) dan yang berbentuk berlapis-lapis (stratiform).ukuran bentuk dan
warna awan berubah mengikuti kandungan kelembaban dan kandungan atmosfer.Hubungan
ketinggian dan bentuk awan dapat di lihat pada gambar di bawah ini.
Pengukuran
awan
Pengukuran awan biasanya yang
ditentukan adalah jumlah awan yang menutupi langit. Untuk itu biasanya
dinyatakan dalam satuan oktas, yaitu seperdelapan dari langit di atas suatu
horizon jumlah.
Tabel 1. Hasil Klasifikasi Awan melalui Citra
Satelit Penginderaan Jauh
2.6. Awan untuk hujan buatan
Awan
yang di jadikan sasaran untuk kegiatan hujan buatan adalah jenis awan cumulus
yang aktif di cirikan yang bentuknya seperti bunga kol.Awan cumulus terjadi
karena proses konveksi.Secara lebih rinci awan cumulus terbagi atas 3 jenis
yaitu strato cumulus,yaitu awan cumulus yang baru tumbuh,cumulus dan
cumulonimbus yaitu awan cumulus yang sangat besar dan mungkin terdiri beberapa
awan cumulus yang bergabung menjadi satu.jenis awan cumulus yang bentuknya
seperti bungak kol merupakan jenis awan yang di jadikan sebagai sasaran
penyemaian kegiatan hujan buatan.
a.
Pembagian awan
berdasarkan ketinggian
-
Awan rendah
Yaitu awan yang mempunyai ketinggian
dasar kurang dari 2 km meliputi jenis stratus,stratocumulus,cumulus,cumulonimbus,dan
nimbo stratus.
-
Awan menengah
Yaitu awan ketinggian dasar antara 2-7
km,meliputi jenis altocumulus dan altostratus
-
Awan tinggi
Yaitu awan dengan ketinggian dasar lebih
dari 7 km,meliputi cirrus,cirrocumulus dan cirrostratus.jenis awan menurut ketinggiannya.
b.
Pembagian
awan berdasarkan suhu lingkungan Atmosfer
Awan dingin dan awan Hangat
Terminologi awan dingin
di berikan untuk awan yang semua
bagiannya berada pada lingkungan atmosfer dengan suhu di bawah titik beku (<
00C),sedangkan awan hangat adalah awan yang senua bagianya berada di
atas titik beku(>00C. Awan dingin kebanyakan adalah awan yang
pada daerah lintang menengah dan tinggi dimana suhu udara dekat permukaan tanah
saja bisa mencapai titik <00C.Di daerah tropis seperti halnya di indonesia,suhu
udara dekat permukaan tanah sekitar 20-30 00C,dasar awan mempunyai
suhu sekitar 18 0C.namun demikian puncak awan dapat menembus jauh ke
atas melampaui titik beku,sehingga sebagian awan merupakan awan hangat,sebagian
lagi di atasnya merupakan awan dingin.Awan semacam ini di sebut awan
campuran.Untuk lebih jelasnya dapat di lihat sebagai berikut.
A.
Peran Awan terhadap
pembentukan Hutan
Awan adalah massa terlihat dari
tetesan air
atau kristal
beku tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau tubuh planet lain.
Awan juga massa terlihat yang tertarik oleh gravitasi,
seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan antar bintang
dan nebula.
Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan,
suatu cabang meteorologi.
Di Bumi
substansi biasanya kondensasi uap air. Dengan bantuan partikel higroskopis udara
seperti debu dan garam
dari laut, tetesan air kecil terbentuk pada ketinggian rendah dan kristal es
pada ketinggian tinggi bila udara didinginkan untuk jenuh oleh konvektif lokal atau lebih
besar mengangkat non-konvektif skala. Pada
beberapa kasus, awan tinggi mungkin sebagian terdiri dari tetesan air
superdingin. Tetesan dan kristal biasanya sekitar 0,01 mm (0,00039 in) diameter.
Para agen yang paling umum dari lift termasuk pemanasan matahari
di siang hari dari udara pada tingkat permukaan, angkat frontal yang memaksa
massa udara lebih hangat akan naik lebih dari atas sebuah airmass pendingin,
dan mengangkat orografik udara di atas
gunung. Ketika naik udara, mengembang sebagai tekanan berkurang. Proses ini
mengeluarkan energi yang menyebabkan udara dingin. Ketika dikelilingi oleh
milyaran tetesan lain atau kristal mereka menjadi terlihat sebagai awan. Dengan
tidak adanya inti kondensasi, udara menjadi jenuh dan pembentukan awan
terhambat. dalam awan padat memperlihatkan pantulan tinggi (70% sampai 95%) di
seluruh terlihat berbagai panjang gelombang. Mereka sehingga tampak putih,
setidaknya dari atas. tetesan Cloud cenderung menyebarkan cahaya efisien,
sehingga intensitas radiasi matahari berkurang dengan kedalaman ke gas, maka
abu-abu atau bahkan gelap kadang-kadang penampilan mereka di dasar awan . awan
tipis mungkin tampak telah memperoleh warna dari lingkungan mereka atau latar
belakang dan awan diterangi oleh cahaya non-putih, seperti saat matahari terbit
atau terbenam, mungkin tampak berwarna sesuai. Awan terlihat lebih gelap di
dekat-inframerah karena air menyerap radiasi matahari pada saat- panjang
gelombang .
Pembentukan awan
Udara selalu mengandung
uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah
awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara:
1.
Apabila udara panas,
lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyejat.
Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu
lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah
awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya.
2.
Suhu udara tidak
berubah, tetapi keadaan atmosfer lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin
tepu dengan uap air.
Apabila awan
telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan
itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi menariknya
ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu akan terus jatuh
ke bawah dan turunlah hujan.
Jika
titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan
awan menghilang. Inilah yang menyebabkan itu awan selalu berubah-ubah
bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan
mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa
hujan.
Jenis-jenis awan
awan menurut bentuknya terbagi
menjadi beberapa jenis :
1.Awan Kumulus, yaitu awan yang bergumpal dan
bentuk dasarnya horizontal
3.Awan Cirrus,
yaitu awan yang berdiri sendiri, halus dan berserat, sering terdapat kristal es
tetapi tak menimbulkan hujan
Hutan pegunungan
Hutan pegunungan atau hutan montana (montane
forest) adalah salah satu formasi hutan tropika basah
yang terbentuk di wilayah pegunungan. Salah
satu cirinya, hutan ini kerap diselimuti awan, biasanya pada
ketinggian atap tajuk (kanopi)nya. Pepohonan dan tanah di hutan ini acapkali
tertutupi oleh lumut, yang tumbuh
berlimpah-limpah. Oleh sebab itu, formasi hutan ini juga dinamai hutan lumut, hutan kabut, atau hutan
awan (cloud forest).
Hutan
pegunungan bawah di Ceremai
Seseorang yang mendaki ke puncak gunung, bila jeli mengamati, akan melihat
perubahan-perubahan dan perbedaan pada fisiognomi hutan sejalan dengan meningkatnya ketinggian
tempat (elevasi). Pohon-pohon mulai banyak digelayuti lumut, epifit, termasuk berjenis-jenis anggrek. Atap tajuk
mulai memendek, setinggi-tingginya sekitar 30-an meter. Sembulan (emergent) semakin jarang didapati, begitu
juga banir (akar papan) dan kauliflori, yakni munculnya bunga dan buah di batang pohon
(bukan di cabang atau pucuk ranting). Dan yang menyolok, mulai pada elevasi
tertentu, cabang dan ranting pohon akan bengkak-bengkok dan daun-daunnya akan
mengecil ukurannya. Para ahli berbeda pendapat mengenai ketinggian tempat
ditemukannya hutan-hutan pegunungan ini. Whitmore (1984) menyebutkan elevasi sekitar 1.200 m
(kadang-kadang turun hingga serendah 750 m), hingga ketinggian 3.000 (3.350) m
di atas muka laut, sebagai tempat tumbuhnya[2]. Van Steenis (2006) menuliskan angka ketinggian 1.000 m hingga
3.400 m untuk kawasan Malesia[3], sementara Anwar dkk. (1984) memperoleh ketinggian 1.200 m hingga lebih
dari 3.000 m –mirip dengan Whitmore– untuk vegetasi pegunungan di Sumatra.
Angka-angka ini akan lebih bervariasi lagi bila menyebut batas-batas
subzona vegetasi pegunungan. Dari studinya selama berpuluh-puluh tahun di
kawasan Malesia, van Steenis menyimpulkan bahwa terdapat tiga subzona hutan
pegunungan, yakni:
·
submontana (sub-pegunungan atau disebut juga hutan pegunungan bawah), antara
ketinggian 1.000—1.500 m dpl.
·
montana (hutan pegunungan atas) antara 1.000—2.400 m.
·
subalpin, di atas ketinggian 2.400 m.
Meskipun demikian, sebagaimana dicontohkan di atas, angka-angka ini tidak
berlaku mutlak. Dalam kasus batas-batas ketinggian zona vegetasi berlaku suatu
hukum yang dikenal sebagai “efek pemampatan elevasi” (Massenerhebungseffekt;
Schröter, 1926)[3]. Yakni, batas-batas elevasi ini akan semakin ‘mampat’, merendah, pada
gunung-gunung yang soliter jika dibandingkan dengan gunung-gunung di wilayah
pegunungan tinggi yang luas.
Salah satu faktor penting pembentukan hutan ini adalah suhu yang rendah dan
terbentuknya awan atau kabut yang kerap menyelimuti atap tajuk.
Kabut ini jelas meningkatkan kelembaban udara, menghalangi cahaya matahari dan dengan demikian menurunkan laju evapotranspirasi.
Dengan meningkatnya elevasi, pohon-pohon cenderung memendek dan banyak
bercabang. Epifit berupa jenis-jenis anggrek, lumut dan pakis tumbuh melimpah di batang, cabang dan di atas tanah. Presipitasi turun
dalam bentuk pengembunan kabut pada dedaunan, yang kemudian jatuh menetes ke
tanah. Tanah di hutan ini cukup subur namun cenderung bergambut.
Klasifikasi Iklim
Beberapa
sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah
digunakan di Indonesia antara lain adalah:
a. Sistem
Klasifikasi Koppen
Koppen
membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan.
Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang didasarkan
kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini
dilambangkan dengan lima huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim
hujan tropik (tropical rainy climates),
iklim B adalah tipe iklim kering (dry
climates), iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates), iklim
D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E adalah tipe iklim kutub
(polar climates) (Safi’i,
1995).
b. Sistem
Klasifikasi Mohr
Klasifikasi
Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari
hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun
dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per
bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan
bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan (Anon, ?).
c. Sistem
Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Sistem iklim
ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000) penyusunan peta
iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim
hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada
nisbah bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan
kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah
(X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan
jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan ( åf )
dengan banyaknya tahun pengamatan (n) (Anon, ? ; Safi’i, 1995).
Schmidt-Fergoson
membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut
adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah
hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan
tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis
tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang)
jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya
hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim
G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim
kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Syamsulbahri, 1987).
Table Klasifikasi Iklim Menurut
Schmidt-Ferguson
Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman Hutan
Faktor iklim di dalamnya termasuk suhu udara, sinar
matahari, kelembaban udara dan angin
Unsur
|
Terhadap Tanah
|
Terhadap Tananam
|
Suhu
|
Mendorong pemecahan zat-zat organis.
Meningkatkan pelarutan mineral mengandung nitrogen
|
Mendorong pertumbuhan dan perkembanga.
Mempercepat hilangnya air.
|
Kelembaban
|
Melambatkan pengeringan.mendorong pemecahan
bahan-bahan organis. Mendorong pertumbuhan mikroorganisme. Mendorong
pelarutan-pelarutan.
|
Mendorong pertumbuhan. Membatasi hilangnya air
bagi pertumbuhan. Memungkinkan mudahnya timbul penyakit.
|
Angin
|
Mendorong terkikisnya tanah yang terbuka.
Mendorong terjadinya pengeringan
|
Mempercepat hilangnya air dan cenderung
mengeringkannya.
mendorong penyebaran penyakit |
Sinar Matahari
|
Menaikan suhu permukaan .
Mendorong terjadinya penguapan. |
Mengatur Fotosintesis.
mendorong terjadinya penguapan. |
Hujan
|
Melakukan pengikisan dan pencucian.
Mendorong penggumpalan tanah liat |
Hakiki bagi persediaan air.
Memungkinkan timbulnya kerugian fisik |
Debu
|
Melakukan Pengendapan.
memungkinkan tertutupnya pori-pori dalam tanah. |
Memungkinkan timbulnya kerugian fisik
|
Pepohonan
yang ada dihutan membentuk tajuk yang akan menentukan iklim didekat permukaan
tanah dan dibawa tajuk yang dissebut dengan iklim mikro. Iklim mikro tersebut
terbentuk karena tajuk pohon menyaringi sinar matahari dan angin untuk
membentuk kehidupan hutanyang berbeda dengan luar hutan. Pada hutan yang
tajuknya rapat dapat mengurangi radiasi sinar matahari yang mencapai tanah yang
menyebabkan suhu (temperatur ) lebih
rendah beberapa derajat dibandingkan diluar hutan.perbedaan nya sekita 1,8oC
atau berbeda 6,7%.
Hal
ini disebabkan sinar matahari terhalang oleh penutupan tajuk yang menyebabkan
perbedaan kelembaban udara. Begitu juga kelembaban akan lebih tinggi didalam huta
dibandingkan dengan diluar hutan dengan perbedaan berkisar 11%. Kelembaban
udara ini sangat dipengaruhi pertumbuhan tanaman bawah dan resiko kebakaran.
Pada kondisi huat dengan kelembaban tinggi, resiko kebakarn relatif kecil.
Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi 3:
Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi 3:
a.
Kelembaban spesifik yaitu banyaknya uap air yang terkandung dalam satu kilogram
udara.
b. Kelembaban absolute (mutlak) atau densitas uap air dalam udara, yaitu banyaknya uap air dalam setiap 1 m3 udara, yang dinyatakan dalam gram/ m3
b. Kelembaban absolute (mutlak) atau densitas uap air dalam udara, yaitu banyaknya uap air dalam setiap 1 m3 udara, yang dinyatakan dalam gram/ m3
c. Kelmbaban
relative (kelembaban nisbi) yaitu perbandingan jumlah uap air yang ada secara
nyata (actual) dengan jumlah uap air secara maksimum yang mampu dikandung oleh
setiap m3 udara dalam suhu yang sama. Kelembaban relative dinyatakan dengan (%).
Akibat dari
pengaruh perubahan iklim
1. Angin
Pengaruh angin terhadap tanah hutan
dapat menyebabkan terjadinya erosi angin dan menyebabkan tanah menjadi kering.
Erosi angin terjadi karena perpindahan tanah dari tempatnya karena tiupan
angin. Biasanya butir-butir tanah yang halus sewaktu tanah sedang kering akan
mudah untuk ditiup angin. Tertiupnya butiran-butiran tanah yang terus menerus
akan menyebabkan tanah menjadi kurus atau tidak subur lagi. Sering pula serasah
hutan juga tertiup sehingga tanah menjadi terbuka dan ditempat lain terdapat
timbunan dari serasah yang tebal.
Angin kuat yang meniup di hutan
dapat mengganggu atau menyebabkan terjadinya
gangguan terhadap penguapan, transpirasi, temperatur, kelembaban, carbondioxida, dan
lain-lainnya. Akibatnya cuaca dari hutan akan dapat berubah menjadi cuaca yang tak
menguntungkan bagi hutan. Sering terjadi karena adanya angin cuaca di hutan menjadi dingin
atau menjadi panas.
Akibat
fisiologi pohon karena tiupan angin dapat berbentuk:
-
Bentuk dari tajuk yang tak normal
-
Merubah sistem dari perakarannya
-
Berkurangnya tinggi dari pohon
Perubahan-perubahan fisiologi pohon
tersebut adalah merupakan usaha dari pohon untuk mempertahankan diri agar
tetap hidup dalam menghadapi angin.Gejala-gejala ini tampak jelas pada
pohon-pohon yang tumbuh di pinggir hutan karena merupakan pohon yang
langsung menahan tiupan angin. Makin ke dalam hutan akibat dari angin akan makin
berkurang.
Kerusakan mekanis yang disebabkan oleh
angin dapat berbentuk:
-
Ranting-ranting patah
-
Daun-daun berguguran
-
Akar-akar mudah patah
-
Batang-batang pohon patah
-
Pohon-pohon terbongkar dengan akarnya
Kerugian besar biasanya terjadi
bila ada angin taupan, sehingga banyak pohon akan tumbang dan patah.
Angin yang kecil saja tidak akan menimbulkan kerusakan mekanis. Kerusakan
mekanis terjadi bila angin mempunyai kecepatan + 45 km per jam ke atas.
Hutan
yang menderita penyemprotan garam adalah yang berada di pantai. Angin yang keras dengan
kecepatan +150 km per jam akan mampu meniup butir-butir air laut sampai sejauh 45-70 km.
Hutan yang tersiram air garam daunnya akan menjadi kuning kemerah-merahan. Dalam
keadaan yang merana ini sering hama dan penyakit akan datang menyerang hingga
dapat mempercepat kematiannya. Hutan yang menderita hebat akan tampak seperti
terbakar. Mencegah
sama sekali timbulnya kerusakan hutan akibat angin sangatlah sulit, tetapi mengurangi
besarnya kerusakan dapatlah dilakukan dengan jalan mengusahakan agar pinggir hutan
terutama yang berbatasan dengan tanah terbuka, ditutupi vegetasi secara rapat dan
vertikal dengan daun-daunnya yang lebat, sehingga angin tidak dapat masuk ke dalam hutan.
Usaha untuk membuat pohon-pohon hutan tahan terhadap angin dapat dilakukan dengan
pengaturan penjarangan. Mempercepat penjarangan yang keras dan secara bertahap
membiasakan pohon untuk menghadapi angin (karena perubahan fisiologi pohon) akan
dapat membuat hutan lebih tahan dalam menghadapi angin. Tebang pilih terutama yang
berbentuk jalur-jalur banyak memberikan keuntungan dalam menghadapi angin.
Mengingat pohon-pohon tua akan lebih menderita daripada yang muda di dalam
menghadapi angin, maka sering daur tebang hutan dipendekkan.
Gamb.2
(Pohon
yang roboh akibat angin)
- Petir
Petir atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di mana di langit muncul kilatan
cahaya sesaat yang menyilaukan biasanya disebut kilat yang beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar
sering disebut Guruh. Perbedaan waktu kemunculan ini
disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya.
Petir merupakan gejala alam yang
bisa kita analogikan dengan sebuah kapasitor raksasa, dimana lempeng pertama
adalah awan (bisa lempeng negatif atau lempeng
positif) dan lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral). Seperti yang
sudah diketahui kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat (energy storage). Petir juga dapat
terjadi dari awan ke awan (intercloud),
dimana salah satu awan bermuatan negatif dan awan lainnya bermuatan positif.
Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan
bumi atau dengan awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia
bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan
berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada
salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi
sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka
akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau
sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini,
media yang dilalui elektron adalah udara. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi
udara inilah terjadi ledakan suara. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih
tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena ada
awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar
awan yang berbeda muatan.
Gamb.3 (musim kemarau yang
berkepanjangan dapat menyebabkan petir yang menyambar menimbukan api dan
kebakaran hutan)
3. Curah
Hujan
Kerusakan
semai dari curah hujan di persemaian adalah sama dengan perlindungan terhadap
penyinaran yang tinggi, yaitu dengan menggunakan pelindung sarlon karena dapat
memecahkan butir-butir air hujan menjadi lebih kecil sehingga tidak
membahayakan semai. Hindari pemupukan semai dengan N (nitrogen), karena dinding
sel semai yang tidak dipupuk dengan N lebih tebal dan kaya akan lignin.
Pengaruh Iklim
terhadap pertumbuhan tanaman, hewan, hama, penyakit tumbuhan.
A.Tanaman
Faktor iklim
di dalamnya termasuk suhu udara, sinar matahari, kelembaban udara dan angin.
Unsur-unsur ini sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Yang
dimaksud dengan ketinggian tempat adalah ketinggian dari permukaan air laut
(elevasi). Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi
suatu tempat, misalnya pegunungan, semakin rendah suhu udaranya atau udaranya
semakin dingin. Semakin rendah daerahnya semakin tinggi suhu udaranya atau
udaranya semakin panas. Oleh karena itu ketinggian suatu tempat berpengaruh
terhadap suhu suatu wilayah.
Perbedaan regional dalam topografi, geografi dan cuaca
menyebabkan terjadinya perbedaan dalam tanaman, pola tanam, metode bercocok
tanam dan situasi sosio-ekonomi. Pola tanam dari beberapa tanaman yang ditanam
terus menerus serta keadaan iklim yang cocok akan meningkatkan dan kompleksnya
serangan hama, penyakit dan gulma.
Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu
udara dan intensitas sinar yang diterima oleh tanaman. Semakin tinggi suatu
tempat, semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari
semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya akan digunakan
untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran
rendah. Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan pembungaan
tanaman. Tanaman berbuahan yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal
dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi
Gamb.4 (akibat
curah hujan yang tinggi dapat menimbulkan jamur)
B. Hewan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi produksi hewan meliputi lingkungan fisik (radiasi, suhu udara,
kelembaban, kecepatan angin, curah hujan, den ketinggian tempat), lingkungan
biotic (vegetasi, predator, hewan/ternak lain, bakteri, parasit, dan virus),
lingkungan kimiawi (pencemaran dan peracunan oleh unsure-unsur), dan lingkungan
manusia sebagai pengelola.
Semakin tinggi letak suatu daerah dari atas permukaan
laut maka akan semakin rendah suhu udara rata-rata hariannya. Kroteria dataran
rendah ditandai dengan suhu udara yang tinggi dan tekanan udara maupun oksigen
yang tinggi pula. Diantara faktor iklim, suhu dan kelembaban udara merupakan
faktor terpenting yang mengatur iklim serta adaptasi dan distribusi dari ternak
dan vegetasi. Sebagi contoh, kehidupan ternak sapi diperlukan suhu optimal
diantara 13 sampai 180C dan bila suhu naik diantara 1 – 100C dari suhu
optimalnya, hewan akan mengalami depresi. Suhu udara
dan kelembaban tinggi akan menimbulkan stress akibat kenaikan suhu tubuhnya.
Untuk menurunkan suhu tubuhnya yang naik, maka diperlukan energi tambahan guna
mencapai keseimbangan tubuhnya, efisiensi energi pakan (makanan) menjadi lebih kecil.Kebutuhan
zat makanan pada hewan dipengaruhi
oleh suhu dan kelembaban, pada suhu dan kelembaban tinggi,dapat menyebabkan
menurunnya konsumsi pakan dan akan disertai dengan menurunnya daya cerna
diikuti kehilangan berat badan dan menurunnya resistensi terhadap penyakit.
Dengan adanya suhu lingkungan yang tinggi maupun yang
lebih rendah dari suhu tubuhnya, maka hewan akan
berusaha mempertahankan suhu tubuhnya yang konstan. Oleh karena itu, hewan akan
memproduksi panas dalam tubuhnya dan mengeluarkannya ke sekitar lingkungannya
secara terus menerus dan tetap, sehingga kanaikan atau penurunan suhu 10oC dari suhu tubuhnya sudah cukup menimbulkan pengaruh
proses fisiologinya . terganggunya keseimbangan panas dapat menurunkan
produktifitasnya.
C. Hama dan Penyakit Tanaman
Hama seperti mahluk hidup lainnya perkembangannya
dipengaruhi oleh factor- faktor
iklim baik langsung maupun tidak langsung. Temperatur, kelembaban udara relatif
dan foroperiodisitas berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, keperidian,
lama hidup, serta kemampuan diapause serangga. Sebagai contoh hama kutu kebul
(Bemisia tabaci) mempunyai suhu optimum 32,5º C untuk pertumbuhan populasinya.
Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh faktor iklim terhadap vigor dan fisiologi tanaman inang, yang akhirnya mempengaruhi ketahanan tanaman terhadap hama. Temperatur berpengaruh terhadap sintesis senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, falvonoid yang berpengaruh terhadap ketahannannya terhadap hama. Pengaruh tidak langsungnya adalah kaitannya dengan musuh alami hama baik predator, parasitoid dan patogen.
Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh faktor iklim terhadap vigor dan fisiologi tanaman inang, yang akhirnya mempengaruhi ketahanan tanaman terhadap hama. Temperatur berpengaruh terhadap sintesis senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, falvonoid yang berpengaruh terhadap ketahannannya terhadap hama. Pengaruh tidak langsungnya adalah kaitannya dengan musuh alami hama baik predator, parasitoid dan patogen.
Dari konsep segitiga penyakit tampak jelas bahwa iklim
sebagai faktor lingkungan fisik sangat berpengaruh terhadap proses timbulnya
penyakit. Pengaruh faktor iklim terhadap patogen bisa terhadap siklus hidup
patogen, virulensi (daya infeksi), penularan, dan reproduksi patogen.
Pengaruh perubahan iklim akan sangat spesifik untuk
masing masing penyakit. Perubahan iklim berpengaruh terhadap penyakit melalui
pengaruhnya pada tingkat genom, seluler, proses fisiologi tanaman dan patogen.
Setiap tahap dari siklus hidup patogen, dipengaruhi oleh suhu, dari tunas
spora, hingga memasuki masa pertumbuhan induknya menjadi hingga sporulasi baru
dan perpindahan spora. Terdapat temperatur minimum, maksimum, dan optimum yang
berbeda untuk tiap patogen yang berbeda dan bahkan untuk proses pada beberapa
patogennya. Verticillium dahliae paling aktif menyebabkan kelayuan pada suhu
antara 25-280C, tetapi Verticillium albo-atrum akan mendominasi pada suhu
20-250C. Karat dini pada tomat dipicu oleh suhu yang hangat dan sebaliknya.
Bakteri penyebab penyakit kresek pada padi Xanthomonas
oryzae pv. oryzae mempunyai suhu optimum pada 30º C. Sementara F. oxysporum
pada bawang merah mempunyai suhu pertumbuhan optimum 28-30 º C. Bakteri kresek
penularan utamanya adalah melalui percikan air sehingga hujan yang disertai
angin akan memperberat serangan. Pada temperatur yang lebih hangat periode
inkubasi penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum ) lebih cepat di banding
suhu rendah. Sebaliknya penyakit hawar daun pada kentang yang disebabkan oleh
cendawan Phytophthora infestans lebih berat bila cuaca sejuk (18-22 º C) dan
lembab. Faktor-faktor iklim juga berpengaruh terhadap ketahanan tanaman inang.
Tanaman vanili yang stres karena terlalu banyak cahaya akan rentan terhadap
penyakit busuk batang yang disebabkan oleh Fusarium. Ekspresi gejala beberapa
penyakit karena virus tergantung dari suhu.
Informasi yang sangat mendalam dan berharga. Trima kasih.
BalasHapusbagus ulasannya dan bermanfaat
BalasHapusPembahasan yang bagus, terima kasih
BalasHapus